A. Abstraksi
Dewasa  ini banyak model alat terapi kaki yang telah didesain berbagai pihak.  Umumnya, alat terapi tersebut berupa mekaniknya saja, sehingga kadang  menyulitkan penderita pada proses terapi. Proposal ini bertujuan untuk  melakukan suatu serangkaian studi dan penelitian mengenai terapi kaki.
Sebagai  pengontrol dari semua rangkaian elektronika ini digunakan  mikrokontroler 89C51. Rangkaian elektronika yang dikontrol meliputi  rangkaian DAC, rangkaian pembangkit sinyal segitiga, rangkaian  comparator, rangkaian sensor dan rangkaian driver motor. Motor penggerak  yang digunakan adalah motor dc 12V.
B. Pendahuluan
Seiring  dengan berkembangnya alat transportasi yang ditawarkan berbagai  pabrik-pabrik kendaraan bermotor menawarkan kemudahan-kemudahan untuk  konsumen berpergian ke suatu tempat. Akan tetapi dengan berkembangnya  alat transportasi seperti mobil dan sepeda motor, angka kecelakaan juga  akan semakin bertambah. Jika kita menyimak media cetak seperti Koran,  pada umumnya, angka kecelakaan semakin tinggi. Berbagai akibat dari  kecelakaan juga bervariasi, antara lain adalah menimbulkan luka yang  serius, cacat pada organ tubuh tertentu bahkan menimbulkan kematian.  Salah satu bentuk akibat dari kecelakaan yaitu cacat sementara pada  bagian tubuh tertentu, yang jika kita ambil contoh adalah cacat  sementara pada kaki. Cacat sementara pada kaki masih dapat disembuhkan  dengan terapi jalan. Alat terapi yang berkembang dewasa ini masih kurang  mendukung untuk proses penyembuhan selain memerlukan tempat yang  relatif luas, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Sebagai  alternatif, alat terapi dibuat secara elektronik yang dalam  pengertiannya adalah alat terapi yang menggunakan komponen elektronika  sebagai alat Bantu untuk proses penyembuhan. Dengan ditunjangnya  teknologi dan ilmu pengetahuan yang memadai, dapat dirancang suatu alat  terapi yang tidak membutuhkan tempat yang relatif besar, biaya yang  relatif murah dan dapat digunakan kapan saja.
Teknologi  dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah dengan menggunakan  Mikrokontroler 89c51. Ini merupakan teknologi baru dalam hal IC (Integrated Circuit). IC ini memiliki kemudahan untuk disambungkan dengan komponen elektronika lainnya seperti DAC (Digital to Analog Converter),  driver motor dan lainnya. Motor sebagai salah satu alat yang banyak  digunakan sebagai penggerak dapat digunakan sebagai sarana pelengkap  untuk terancangnya alat terapi otomatis ini. Motor yang digunakan adalah  motor dc. Pengaturan kecepatan pada jenis motor ini menggunakan bantuan  sinyal PWM (Pulse Width Modulation) yang dibangkitkan oleh  perbandingan antara sinyal segitiga dengan tegangan dc. Kecepatan motor  tergantung pada Ton-nya sinyal PWM tersebut. Semakin lama Ton pada  sinyal PWM, maka semakin cepat kecepatan dari motor tersebut begitu juga  sebaliknya.
C. Perumusan Makalah
Pada  alat terapi kaki ini banyak ditemui masalah yang berkaitan dengan  conveyor dan penggunaan motor dc. Hal ini dapat mempengaruhi :
- Effisiensi pada penggunaan alat terapi kaki
- Biaya operasional
- Kemudahan pengoperasian
- Waktu operasional
Kemudian,  perlu dilakukan perumusan masalah berkaitan dengan latar belakang yang  telah dikemukakan di atas bahwa dengan menggunakan dua buah conveyor  dapat lebih efektif dalam proses penyembuhan dan mengatur kecepatan  motor dc dengan batasan kecepatan yang disesuaikan dengan inputan.
D. Teori Penunjang
2.1 UMUM
Analisa  dan perhitungan sangat penting sekali dilakukan sebelum merencanakan  suatu system. Untuk itulah diperlukan teori penunjang sebagai pendukung  kebenaran dari analisa yang akan dilakukan. Teori intinya diambil dan  disarikan dari mata perkuliahan.
Adapun  teori-teori, thesis dan analisa penunjang yang lain disarikan dari mata  kuliah yang masih berkaitan dengan rangkaian elektronika antara lain :  Mesin Listrik, Rangkaian Elektronika, Mikrokontroler dan Interface,  Bengkel Listrik dan Elektronika Daya serta buku-buku literature (ada  pada halaman Daftar Pustaka).
2.2 MIKROKONTROLER 
Mikrokontroler  ialah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian  elektronik dan umumnya menyimpan program didalamnya. Kelebihan utama  mikrokontroler ialah tersedianya RAM dan peralatan I/O pendukung. Pada  alat ini digunakan mikrokontroler 89c51 dari Innovative Electronics  dengan kode DT-51 minimum sistem versi 3. AT89C51 ialah mikrokomputer  CMOS 8 bit dengan 4KB Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler ini mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan Special Function Register.  RAM internal berukuran 128 byte dan beralamatkan 00H-7FH serta dapat  diakses menggunakan RAM address register. RAM internal terdiri dari  delapan buah register (R0-R7) yang membentuk register banks. Special Function Register yang berjumlah 21 buah berada dialamat 80H-FFH. RAM ini berbeda lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H-7FFH.

Gambar 2.1 Alamat Internal RAM
IC AT89C51 mempunyai 40 pin yang sesuai dengan mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar 2.2.

Gambar 2.2 Nama Pin-pin AT89C51
2.2.1 Spesifikasi sistem Minimum DT-51
Mikrokontroler  yang dipakai pada alat ini menggunakan DT-51 Minimum Sistem versi 3  yang diproduksi oleh Innovative Electronics. DT-51 merupakan kit yang  lengkap untuk digunakan karena telah menyediakan port serial, input  data, driver LCD, memori eksternal 28C64B dan sebuah PPI 8255.  Spesifikasi DT-51 adalah sebagai berikut:
- Berbasis mikrokontroler 89C51 yang merupakan standar industri
- Port serial standar RS-232 digunakan untuk komunikasi antara komputer dengan DT-51.
- Memori non-volatile (EEPROM) 8kb untuk menyimpan program dan data.
- Empat port input (I/O) dengan kapasitas 8 bit untuk tiap port-nya.
- Port LCD untuk keperluan tampilan.
- Konektor ekspansi untuk menghubungkan DT-51 dengan add-on board yang kompatibel.
2.2.2 Peta Memori DT-51
Peta memori DT-51 yang menunjukkan alamat masing-masing bagian komponen adalah sebagai berikut:
- 0000H-1FFFH. Sebanyak 8 kb pertama alamat memori digunakan untuk 4 kb PEROM Internal yang berisi kode kernel, sedang sisanya bersifat reserved.
- 2000H-3FFFH. Sebanyak 8 kb kedua alamat memori digunakan untuk PPI 8255 dan hanya terpakai sebanyak empat alamat.
- 2000H: Port A
- 2001H: Port B
- 2002H: Port C
- 2003H: Control Word Register
- 4000H-5FFFH untuk memori eksternal EEPROM.
2.2.4 Memori Eksternal DT-51
Memori  internal DT-51 sudah diisi dengan kernel yang tidak bisa ditulis ulang.  Oleh karena itu DT-51 menggunakan memori eksternal AT28C64B. 
Memori ini merupakan Electrically Erasable and Programmable Read Only Memory  (EEPROM) berkualitas tinggi dan berukuran 64 Kbytes serta terdiri dari  8.192 words berukuran 8 bit sehingga dapat memprogram dengan ukuran  program yang lebih fleksibel dan dapat dilakukan berulang kali. Berikut  adalah gambar dari AT28C64B.

Gambar 2.5 Memori AT28C64B
2.2.5 Mode Pengalamatan
2.2.5.1 Pengalamatan Langsung
Pengalamatan  langsung dilakukan dengan memberikan nilai ke suatu register secara  langsung. Untuk melaksanakan hal tersebut gunakan tanda "#". Operand  yang digunakan pada pengalamatan langsung (immediate data) dapat berupa bilangan bertanda -256 hingga +256.
2.2.5.2 Pengalamatan Tak Langsung
Pada  pengalamatan ini, operand menunjuk ke sebuah register yang berisi  lokasi alamat memori yang akan digunakan dalam operasi. Untuk  melaksanakan pengalamatan tak langsung digunakan simbol "@".  Pengalamatan jenis ini biasa digunakan untuk melakukan penulisan,  pemindahan atau pembacaan beberapa data dalam lokasi memori. AT89C51  mempunyai sebuah register 16 bit (DPTR) yang dapat digunakan untuk  melakukan pengalamatan tak langsung.
2.2.5.3 Pengalamatan Data
Pengalamatan  data terjadi pada sebuah perintah ketika nilai operasi merupakan alamat  data yang akan diisi atau yang akan dipindahkan.
2.2.5.4 Pengalamatan Kode
Pengalamatan kode terjadi ketika operand merupakan alamat dari instruksi JUMP dan CALL. 
2.2.5.5 Pengalamatan Bit
Pengalamatan  bit ialah penunjukkan menggunakan simbol titik (.) yang menunjuk alamat  lokasi bit, baik dalam RAM internal atau perangkat keras.
2.2.6 Timer
Timer  berfungsi untuk mengatur waktu kerja yang dibutuhkan AT89C51. terdapat  dua buah timer yaitu timer 0 dan timer 1. Register-register timer yang  tersedia sebagai berikut:
2.2.6.1 TMOD (Timer Mode Register)
Timer ini tidak dapat diakses secara bit (not bit addressable) dan beralamat di 89H.

Gambar 2.6 Register TMOD
Gate timer akan berjalan jika bit ini diset dan INT0 (untuk timer 0) atau INT1 (untuk timer 1) berkondisi high.
C/T,  jika bernilai 1 maka timer akan bertindak sebagai counter dan jika  bernilai 0 maka timer akan bertindak sebagai timer. M1 dan M0 untuk  memilih mode timer.
2.2.6.2 THx dan TLx
THx  dan TLx (x adalah nomor timer) merupakan register yang menunjukkan  nilai dari timer dengan masing-masing timer mempunyai dua buah register,  yaitu:
- THx untuk high byte
- TLx untuk low byte
TH0: timer 0 high byte terletak pada alamat 8AH
TL0: timer 0 low byte terletak pada alamat 8BH
TH1: timer 1 high byte terletak pada alamat 8CH
TL1: timer 1 low byte terletak pada alamat 8DH
2.2.6.3 TCON (Timer Control Register)
Pada  register ini, hanya empat bit saja yang mempunyai fungsi berhubungan  dengan timer, yaitu TCON.4, TCON.5, TCON.6, dan TCON.7.

Gambar 2.7 Register TCON
Penjelasan dari gambar 2.7 sebagai berikut
- TCON.7 atau TF1: Timer 1 Overflow Flag yang akan diset jika terjadi timer overflow. Bit ini dapat di-clear oleh perangkat lunak atau perangkat keras saat program menuju ke alamat yang ditunjuk oleh interrupt vector.
- TCON.6 atau TR1: jika bernilai 1 maka timer 1 akan aktif, sedangkan jika bernilai 0 maka timer 1 akan nonaktif.
- TCON.5 atau TF0: sama dengan TF1
- TCON.4 atau TR0: sama dengan TR1
2.2.6.3.1 Mode Timer
Mode Timer terdiri dari:
- Mode 0 Timer 13 bit
- Mode 1 Timer 16 bit
- Mode 2 Timer 8 bit auto-reload
- Mode 3 Split Timer
Dalam  bekerja, timer memerlukan sumber detak, karena itu perlu dihubungkan ke  pin T0 (P3.4) sebagai input detak. Pengiriman bit data terjadi tiap  kali timer 1 overflow sebanyak 32 kali, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Lama pengiriman setiap bit data = timer 1 overflow x 32
Baud rate (jumlah bit data yang terkirim tiap detik) adalah sebesar 

Apabila diinginkan baud rate sebesar 9.600 bps maka timer 1 harus diatur agar overflow setiap 1/(9600x32) detik
Timer 1 overflow setiap kali TH1 mencapai nilai overflow dengan frekuensi sebesar fosc/12 atau dalam periode 12/fosc. Dari informasi tersebut akan didapatkan formula berikut:

Dengan frekuensi osilator AT89C51 sebesar 11.0592 MHz, TH1 ialah 253 atau 0FDH.
2.3 DIGITAL TO ANALOG CONVERTER
Digital  to Analog Converter merupakan rangkaian yang mengubah informasi digital  menjadi analog. Rangkaian ini berguna pada saat rangkaian digital  menjadi alat kontrol sistem yang memainkan parameter tegangan atau arus  analog. Konfigurasi digital pada input-input akan dirubah menjadi  tegangan analog pada output dengan perbandingan tertentu.
Bila  konfigurasi input 8 bit bergerak dari 00H sampai FFH dengan kenaikan  sebesar 1 maka output analog berupa gelombang tangga dengan ketelitian  se-per-dua-lima-enam (1/256) dari tegangan output maksimum bila tegangan  output minimum sama dengan 0 volt. Tegangan output dari DAC dapat  dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Dalam  aplikasinya DAC berfungsi untuk mengubah bit-bit kombinasi output dari  minimum system DT-51 sebagai suatu hasil keputusan dari data input yang  ada menjadi level tegangan analog. Dimana level tegangan analog ini  kemudian menjadi input bagi rangkaian comparator untuk dibandingkan  dengan rangkaian pembangkit pulsa segitiga yang menghasilkan sinyal PWM.  Sinyal PWM ini dikuatkan hingga mampu membias transistor-transistor  common base yang berfungsi sebagai rangkaian penguat. Berikut adalah  konfigurasi pin dari DAC 0808.

Gambar 2.8 Konfigurasi Pin DAC 0808
2.4 PENGUAT OPERASIONAL
2.4.1 Pengenalan Penguat Operasional
Penguat  operasional adalah penguat dengan gain tinggi dan terhubung secara  langsung. Penguat ini biasanya digunakan untuk menguatkan sinyal  berjalur frekuensi lebar dan digunakan bersama jaringan umpan balik  eksternal.

Gambar 2.9 Simbol penguat operasional
Penguat  operasional memiliki 5 terminal dasar, yaitu 2 untuk mensuplai daya, 2  untuk masukan dan satu untuk keluaran. Penguat operasional memiliki  beberapa ketentuan ideal. Ketentuan-ketentuan ini tidak terdapat dalam  praktek, namun asumsi-asumsi mengenai ini memungkinkan orang untuk  melakukan analisa dengan cepat mengenai rangkaian umpan balik pada  penguat operasional. Ketentuan-ketentuan ideal penguat operasional ini,  antara lain :
- Penguatan open loop besar (A >>)
- Vo = 0 jika V1=V2
- Impedansi input tinggi (Z >>)
- Impedansi output mendekati 0 (Zo <<)
- Tidak ada tegangan offset
2.4.2 Rangkaian Penguat Operasional
2.4.2.1 Inverting Amplifier
Pada  rangkaian inverting amplifier, input non-inverting di-ground-kan  sedangkan input inverting sebagai masukan. Dengan mengasumsikan, opamp  mempunyai open loop gain yang tidak berhingga, maka perbedaan  tegangan antara input inverting dan input non-inverting sama dengan nol  (Ed=0). Pada kondisi ini, input inverting disebut virtual ground. Arus yang mengalir pada Ri adalah VIN/R1 dan arus pada RF adalah VOUT/RF.

Gambar 2.10 Rangkaian pembalik (Inverting Amplifier)
Penguatan  tegangan pada inverting amplifier sama dengan harga resistor feedback  dibagi dengan harga resistor input. Tanda minus menunjukkan adanya  perbedaan fasa antara input dan output.

2.4.2.2 Non-Inverting Amplifier
Sering  kali dibutuhkan penguat yang memberikan keluaran sama besar dan sefasa  dengan masukannya serta memenuhi hubungan Rf tertentu dengan Ri. Oleh  karena itu digunakannya rangkaian non inverting amplifier untuk  memperoleh penguatan yang sefasa dengan masukannya. Berikut adalah  gambar rangkaian non-inverting amplifier:

Gambar 2.11 Rangkaian tidak membalik (non-inverting amplifier)
Dengan  asumsi tegangan antara tegangan terminal inverting (-) dan  non-inverting (+) adalah 0 volt, berarti tegangan di titik A sama dengan  Vi. Arus yang mengalir pada Ri sama dengan arus yang mengalir pada Rf,  yaitu:

2.4.2.3 Penguat Differensial 
Penguat  Differensial bisa mengukur maupun memperkuat sinyal-sinyal kecil yang  terbenam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Empat tahanan  presisi (1 %) dan sebuah opamp membentuk sebuah penguat differensial,  seperti terlihat pada gambar 2.12. Terminal inputnya ada dua, input (-)  dan (+), dihubungkan dengan terminal opamp yang terdekat.
Sumber  masukan penguat differensial ada 2, yaitu E1 dan E2. Jika E2 dihubung  singkat, maka E1 mendapat penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena  tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE1.
Jika E1  dihubung singkat, maka E2 akan terbagi antara R dan mR, sehingga  terminal positif dari opamp menerima tegangan sebesar mendapat penguatan  pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah  -mE2/(1+m), dengan penguatan sebesar (1+m).

Gambar 2.12 Rangkaian Penguat Differensial
Karena itu tegangan keluaran akibat E1 adalah:

Dengan demikian jika E1 dan E2 sama-sama dimasukan, maka tegangan keluaran Vo adalah:

Dari  persamaan diatas, dapat dilihat bahwa tegangan keluaran dari Penguat  differensial sebanding dengan perbedaan tegangan masukan E1 dan E2.  Pengali ini adalah merupakan gain differensial yang ditentukan oleh  perbandingan tahanannya.
2.4.2.4 Integrator
Rangkaian  integrator digunakan untuk mencari nilai hasil integrasi dari sinyal  input. Berikut adalah gambar 2.13 dari rangkaian integrator.

Gambar 2.13 Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator memiliki penguatan tegangan sebesar:

Bentuk 1/RAC harus sesuai dengan masukan frekuensi minimum yang diharapkan:

2.4.2.5 Summing Amplifier
Op-amp sering digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal. Berikut ini adalah gambar dari summing amplifier.

Gambar 2.14 Rangkaian Summing Amplifier
Rangkaian  summing amplifier mempunyai penguatan tegangan sebanyak dua penguatan  tegangan. Untuk penguatan tegangan 1 adalah sebagai berikut:

Untuk penguatan tegangan 2 adalah sebagai berikut:

Penguatan tegangan total dari summing amplifier adalah sebagai berikut:

2.4.2.6 Penguat Instrumentasi
Penguat  Instrumentasi termasuk salah satu Penguat yang paling bermanfaat,  cermat dan serbaguna yang ada pada saat ini. Penguat ini dibuat dari 3  penguat amplifier dan 7 tahanan, seperti terlihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Rangkaian Penguat Instrumentasi
Vin1  diterapkan ke masukan (+) nya dan Vin2 ke masukan (-) nya. Vo sebanding  dengan perbedaan tegangan-tegangan masukan. Ciri-ciri Penguat  instrumentasi adalah sebagai berikut:
- Gain tegangannya, dari masukan differensial (Vin1 - Vin2) ke keluaran berujung tunggal, diatur oleh satu buah tahanan.
- Resistansi masukan dari kedua masukannya sangat tinggi dan tidak berubah jika gainnya berubah.
- Vo tidak tergantung pada tegangan bersama Vin1 maupun Vin2 (tegangan mode bersama), melainkan hanya pada perbedaan keduanya.
2.5 OPTOCOUPLER 
Optocoupler  adalah suatu piranti yang meskipun secara fisik menjadi satu, tetapi  sebenarnya terpisah antar bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber  cahaya. Kondisi yang terisolasi antara masukan dan keluarannya tersebut  dikatakan sebagai isolasi elektris (electrical isolation).
Penggunaannya memungkinkan untuk memisahkan dua bagian dengan tegangan kerja berbeda.

Gambar 2.16 Pin Optocoupler 4N35
Biasanya  dipasaran optocoupler tersedia dengan tipe 4N25 / 4N35 ini mempunyai  tegangan isolasi 7500 volt dengan kemampuan maksimal LED dialiri arus  forward sebesar 3A.
2.6 TRANSISTOR 2N3055
Transistor 2N3055 adalah transistor silisium epitaxial-base NPN. Transistor ini digunakan untuk switching  dengan daya besar dengan nilai IB max 7 A dan IC max 15 A. Pada alat  ini, transistor 2N3055 digunakan sebagai driver motor. Konfigurasi pin  dari transistor ini ditunjukkan pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 Transistor 2N3055
(a) Bentuk fisik dari transistor 2N3055
(b) Konfigurasi kaki transistor 2N3055
2.7 MOTOR DC
2.7.1 Prinsip Kerja
Motor  DC atau motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah  tenaga listrik arus searah menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik.  Prinsip kerja dari motor DC hampir sama dengan generator AC, dimana  perbedaannya hanya terletak dalam konversi daya. Prinsip dasarnya adalah  apabila suatu kawat berarus diletakkan diantara kutub-kutub magnet (U -  S), maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat  tersebut.

Gambar 2.18 Prinsip Kerja Motor DC
2.7.2 Konstruksi Motor DC
Bagian-bagian  penting dari motor DC ditunjukkan oleh gambar 2.18. Statornya mempunyai  kutup menonjol dan diteral oleh satu atau lebih kumparan medan.  Pembagian fluks celah udara yang dihasilkan oleh lilitan medan secara  simetris berada di sekitar tengah kutub medan sumbu.

Gambar 2.19 Konstruksi Motor DC
Kumparan  Penguat dihubungkan seri, jangkar merupakan besi laminasi yang bergerak  untuk mengurangi arus Eddy. Letak kumparan jangkar pada slot besi  disebelah luar permukaan jangkar.
2.7.3 Jenis Motor DC
Ada beberapa jenis motor dc yang berada dipasaran. Motor dc dibedakan atas dua jenis, yaitu:
- Berdasarkan sumber arus Penguat magnet
- Berdasarkan hubungan lilitan Penguat magnet terhadap lilitan jangkar
Berdasarkan sumber arus penguat magnet, motor dc dibedakan atas:
- Motor dc permanent magnet.
- Motor dc Penguat terpisah, bila arus penguatan medan diperoleh dari sumber dc diluar motor.
- Motor dc dengan penguatan sendiri, bila arus penguatan magnet berasal dari motor itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar motor dc dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Motor dc shunt
Motor  jenis ini memiliki kumparan medan yang dihubungkan secara paralel  dengan kumparan jangkar sehingga akan menghasilkan kecepatan yang  relatif konstan meskipun terjadi perubahan beban, perubahan beban hanya  sekitar 10 %.

Gambar 2.20 Motor dc shunt
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc shunt
(b) Rangkaian ekivalen dari motor dc shunt
b. Motor dc seri
Motor  ini memiliki medan Penguat yang dihubungkan seri dengan medan jangkar.  Arus jangkar untuk motor jenis ini lebih besar dari pada arus jangkar  pada kumparan jangkar untuk motor jenis shunt, selain itu kumparan Ns  lebih sedikit. Tahanan Rf lebih kecil, ini disebabkan tahanan tersebut  merupakan bagian dari jumlah lilitan yang sedikit.
Pada  waktu start bisa memberi momen yang besar dengan arus start yang rendah  juga dapat memberi perubahan kecepatan atau beban dengan arus start  yang rendah juga dapat memberi perubahan kecepatan atau beban dengan  arus kecil dibandingkan motor tipe lain, tetapi kecepatan akan lebih  besar bila beban rendah atau bebannya ringan dan dalam hal ini  pengaturan kecepatannya bisa diatur melalui tegangan suplai.

Gambar 2.21 Motor dc seri
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc seri
(b) Rangkaian ekivalen dari motor dc seri
c. Motor dc kompound
Motor  ini merupakan gabungan dari sifat-sifat pada motor shunt dan seri,  tergantung mana yang lebih kuat lilitannya. Umumnya motor jenis ini  memiliki momen start yang besar sekitar 25 % terhadap kecepatan tanpa  beban.

Gambar 2.22 Motor dc kompound
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc kompound
(b) Rangkaian ekivalen motor dc kompound
Motor kompond dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
- Motor kompond panjang, apabila lilitan paralelnya dipasang langsung pada tegangan sumber
- Motor kompond pendek, apabila lilitan shunt diparalel pada lilitan jangkar
Pada gambar 2.22 ditunjukan rangkaian ekivalen dari motor kompond.

Gambar 2.23 Rangkaian ekivalen motor kompond
(a)Rangkaian ekivalen motor kompond panjang
(b)Rangkaian ekivalen motor kompond pendek
2.7.4 Karakteristik Motor DC
Untuk motor arus searah, berlaku hubungan:

Dari  persamaan diatas dapat dilihat bahwa pada motor shunt bertambahnya  kopel (artinya arus jangkar bertambah besar) mengakibatkan kecepatan (n)  menurun.
Pada motor seri, bertambahnya kopel (arus) akan menyebabkan bertambahnya harga fluks  , Karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (Ia). Dari  rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama  dengan nol. Harga fluks juga nol, sehingga dari persamaan terakhir  diatas diperoleh harga n menuju tak terhingga.
  , Karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (Ia). Dari  rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama  dengan nol. Harga fluks juga nol, sehingga dari persamaan terakhir  diatas diperoleh harga n menuju tak terhingga.
 , Karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (Ia). Dari  rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama  dengan nol. Harga fluks juga nol, sehingga dari persamaan terakhir  diatas diperoleh harga n menuju tak terhingga.
  , Karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (Ia). Dari  rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama  dengan nol. Harga fluks juga nol, sehingga dari persamaan terakhir  diatas diperoleh harga n menuju tak terhingga.Disini  dapat dijelaskan bahwa antara putaran dengan tegangan adalah linier,  sedangkan karakteristik kopel terhadap putaran sesuai dengan keadaan  beban yang membutuhkan kopel mula yang besar. Pengaturan kecepatan  memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena motor arus  searah mempunyai karakteristik kopel-kecepatan yang menguntungkan  dibandingkan dengan motor lainnya.
Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai berikut:

Karakteristik Torsi

2.8 TEORI MEKANIK
Yang  dimaksud dengan teori mekanik pada buku alat ini adalah teori mekanika  yang ditunjamg oleh elektronika dan berhubungan dengan alat ini.  Pembahasan teori mekanik ini dibatasi hanya seputar konversi gear dan  perbandingan kecepatan saja.
2.8.1 Konversi Gear dan Perbandingan Kecepatan
Dalam  desain konversi antara dua buah gear, maka hal yang perlu diperhatikan  adalah persamaan (rumus) yang melandasinya. Dalam persamaan konversi  gear dan perbandingan kecepatan yang dihasilkan terdapat 2 (dua)  parameter yang harus diketahui, yaitu kecepatan putar roda utama (obyek  yang digerakkan) yang diinginkan dan rpm (rotasi per menit) dari motor  yang digunakan. Adapun persamaan untuk konversi gear adalah:

Dimana,

Dari persamaan diatas dapatlah diketahui perbandingan konversi gear antara motor yang digunakan dengan roda utama.
E. Perencannaan dan Pembuatan Alat
3.1 BLOK DIAGRAM SISTEM
Sebelum  membuat perangkat keras diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai  blok diagram sistem. Blok diagram dari keseluruhan sistem dapat dilihat  pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Blok diagram keseluruhan sistem
3.2 GAMBAR LENGKAP ALAT TERAPI KAKI

Gambar 3.2 Tampak atas alat terapi kaki

Gambar 3.3 Tampak samping alat terapi kaki
3.3 RANGKA UTAMA
Pada  alat terapi kaki ini menggunakan rangka dasar seperti pada treadmill  yang biasa digunakan untuk berlari. Treadmill ini kemudian dimodifikasi  sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah gambar alas pada treadmill yang  belum dimodifikasi.

Gambar 3.4 Tampak atas alas treadmill yang belum dimodifikasi
Dengan  menambahkan penyangga satu lagi dan memotong karpet menjadi 2 bagian,  dapat terlihat alas treadmill yang telah dimodifikasi seperti terlihat  pada gambar 3.5 dibawah.

Gambar 3.5 Tampak atas alas kaki treadmill yang telah dimodifikasi
3.4 RODA UTAMA 

Gambar 3.6 Roda utama alat terapi kaki
Pada  alat terapi kaki ini sebagai roda utamanya menggunakan pipa yang  dalamnya diberi bearing pada kedua sisi. Hal ini dimaksudkan untuk  menghindarkan gesekan yang berlebih dan pergerakkannya agar lebih halus  antara besi penyangga (poros roda) dan pipa besi.
Pada  roda utama ini berfungsi sebagai penggerak pada alat terapi kaki,  dimana daya putar dari motor kemudian dihubungkan ke roda utama  menggunakan rantai penghubung.
3.5 MEKANISME GEAR DAN MOTOR SEBAGAI PENGGERAK

Gambar 3.7 Mekanisme penggerak roda utama
Pada  gambar 3.7 dapat dilihat bahwa mekanisme penggerak roda utama terdiri  dari motor, gear berdiameter 16 Cm, gear berdiameter 32 Cm dan rantai  penghubung.
3.6 PEMASANGAN GEAR
Pemasangan  gear pada poros motor berfungsi sebagai penggerak yang menggerakkan  roda gigi (gear) pada roda utama (main wheel) yang dihubungkan dengan  rantai penghubung. Dengan perhitungan dibawah ini dapat diketahui  perbandingan gear yang dapat digunakan:
1. Perhitungan kecepatan alat terapi kaki
Vterapi kaki = 6Km/jam = 6000/3600 = 1.67 m/s
Vmotor = 66 rpm (diambil dari pengujian dan analisa)
Diameter roller (D) = 4,7 Cm 
Keliling roller = phi x D x p= 3.14 x 4.7 x 21 = 309.918 cm
Dari data diatas, maka kecepatan alat terapi kaki dalam rpm adalah:

2. Perhitungan jumlah gigi gear 
Dari perhitungan dan data-data diatas maka didapatkan:

Maka sesuai dengan rumus perbandingan gear:

Dari rumus persamaan diatas maka perbandingan gigi gear adalah:

Dari  data diatas, maka kita dapat menentukan berapa banyak gigi gear yang  dibutuhkan dalam perencanaan. Dari persamaan diatas telah didapatkan  bahwa perbandingan antara gigi gear adalah hampir atau sama dengan 2  (dua). Jika gigi gear pada motor kita gunakan gear dengan jumlah 16 gigi  atau dengan kata lain perbandingan antara gigi gear tersebut adalah 2 :  1. Jika gigi gear dari motor digunakan gigi 16, maka gigi gear untuk  roda utama digunakan gigi 32.
Penggunaan rantai  penghubung untuk menghubungkan antara gear pada motor dan roda utama  dimaksudkan untuk menghindari adanya kerusakan gigi-gigi gear jika  menggunakan konversi gear secara langsung. Selain itu juga kekuatan  putar dari motor kurang kuat Karena adanya konversi gear secara  langsung.
3.7 RANGKAIAN CATU DAYA
Sumber-sumber tegangan yang digunakan dalam alat ini adalah sebagai berikut :
- Sumber tegangan +15V dan -15V dengan menggunakan IC regulator 7815 dan 7915, yang digunakan untuk men-supply IC OP-Amp, DAC 0808 dan TL082.
- Sumber tegangan +12V dengan menggunakan IC regulator 7812, yang digunakan untuk men-supply rangkaian driver dan Motor DC.
- Sumber tegangan +9V dengan menggunakan IC regulator 7809, yang digunakan untuk men-supply mikrokontroler 89C51.
- Sumber tegangan +5V dengan menggunakan IC regulator 7805, yang digunakan untuk men-supply IC 74LS14, 4N35 dan rangkaian sensor.

Gambar 3.8 Rangkaian catu daya 12V

Gambar 3.9 Rangkaian catu data +5V,+15V dan -15V

Gambar 3.10 Rangkaian catu daya +9V, +10V dan +12V
3.8 MOTOR DC
Motor  yang digunakan merupakan motor dc 12 Volt yang memiliki rpm kecil  dengan torsi yang cukup besar sehingga cocok untuk alat terapi kaki.  Selain itu juga motor tersebut mudah didapatkan dipasaran. Penggunaan  rpm yang kecil ini dapat memudahkan perhitungan konversi gear. 
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Motor DC12 V

3.9 RANGKAIAN DAC 
DAC  pada alat terapi kaki ini digunakan sebagai pengubah tegangan digital  yang berasal dari DT 51 minimum sistem versi 3 menjadi tegangan analog  untuk mengatur kecepatan putar motor.
DAC yang  digunakan adalah DAC 0808 yang merupakan DAC dengan lebar jalur data  sebesar 8 bit. Dengan menggunakan tegangan referensi sebesar 5 V, maka  akan didapatkan tegangan analog maksimum lebih-kurang = 5V.
Rangkaian DAC yang digunakan seperti tertera pada data sheet dan ditunjukkan pada gambar 3.9

Gambar 3.11 Rangkaian DAC 0808
3.10 RANGKAIAN PEMBANGKIT SINYAL SEGITIGA
Rangkaian  ini merupakan pembangkit sinyal segitiga yang dapat diatur lebar  pulsanya dengan mengatur kedua potensio. Rangkaian ini menggunakan dua  buah op-amp dan rangkaian pendukung lainnya. Pembangkit sinyal segitiga  dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.12 Rangkaian Pembangkit Sinyal Segitiga
Rangkaian  ini akan bekerja jika pin 4 diberi tegangan negatif (-) dan pin 7  diberi tegangan positif (+). Rangkaian ini tidak membutuhkan input  tegangan lainnya.
3.11 RANGKAIAN DRIVER MOTOR
Rangkaian  driver yang digunakan adalah rangkaian darlington yang merupakan suatu  metode penyambungan yang dipakai dalam transistor dua kutub guna  memberikan suatu pasangan transistor komposit dengan penguatan arus yang  tinggi dan impedansi masukan yang tinggi pula. Sebagai input digunakan  pulsa PWM untuk mengatur putaran motor sesuai yang diharapkan.

Gambar 3.13 Rangkaian Driver menggunakan rangkaian darlington
Secara analisa perhitungan arus yang mengalir pada basis (Ib) dan arus kolektor (Ic) dapat dijelaskan sebagai berikut:

sedang arus keluaran rangkaian (pada TR3) dengan mengambil hfe sebesar 30 kali, maka didapatkan:

Dari arus output yang didapatkan maka arus tersebut cukup untuk menggerakkan motor.
3.12 RANGKAIAN COMPARATOR
Rangkaian  comparator hanya terdiri dari satu opamp. Dimana input non-inverting  dan input inverting berasal dari rangkaian DAC dan rangkaian pembangkit  sinyal segitiga. Comparator digunakan untuk membandingkan tegangan  keluaran pada DAC dengan sinyal segitiga sehingga dihasilkan sinyal PWM.  Sinyal PWM digunakan sebagai masukan pada rangkaian driver. Berikut  adalah gambar dari rangkaian comparator.

Gambar 3.14 Rangkaian comparator
3.13 RANGKAIAN SENSOR
Rangkaian  ini berguna untuk mengetahui besarnya kecepatan motor dan juga sebagai  feedback pada sistem. Sensor ini akan menghasilkan pulsa yang digunakan  sebagai input data bagi mikrokontroler. Berikut adalah gambar dari  rangkaian sensor yang digunakan pada alat ini.

Gambar 3.15 Rangkaian Sensor
Untuk  menghitung kecepatan motor maka digunakan rangkaian photo transistor.  Prinsip dari photo transistor ini mirip dengan transistor lainnya,  bedanya basis dibias dengan cahaya dari led. Prinsip dari rangkaian ini  adalah:
- Jika diantara led dan transistor dihalangi maka transistor akan off sehingga output dari kolektor berlogic high.
- Jika diantara led dan transistor tidak dihalangi maka transistor akan on sehingga output dari kolektor berlogic low.
Agar output dari rangkaian ini menjadi lebih akurat perlu ditambahkan Schmitt trigger (74HC14).
3.14 TAMPILAN LCD
Lcd  digunakan sebagai alat komunikasi antara user dengan peralatan yang  dikontrol. Pada alat ini LCD digunakan untuk menampilkan menu pilihan  setting kecepatan. Berikut adalah gambar dari LCD.

Gambar 3.16 Rangkaian Driver LCD
Operasi  dasar LCD terdiri dari empat kondisi, yaitu instruksi mengakses proses  internal, instruksi menulis data, instruksi membaca kondisi sibuk dan  instruksi membaca data. Kombinasi instruksi dasar inilah yang  dimanfaatkan untuk mengirim data ke LCD.
Ketika  system mulai diaktifkan maka proses yang dilakukan mikrokontroler adalah  inisialisasi. Selama proses inisialisasi akan ditampilkan beberapa  pesan yang berhubungan dengan proses tersebut.
LCD akan menampilkan kata-kata pembuka dan menunggu user untuk mengaktifkan menu utama dengan menekan tombol pada keypad.
3.15 KEYPAD 4X4
Keypad  digunakan untuk memasukkan data / setting kecepatan yang kemudian oleh  mikrokontroler dikenali dalam bentuk biner dan diproses oleh  mikrokontroler untuk proses selanjutnya. Penekanan pada keypad akan  ditampilkan oleh LCD. Berikut adalah gambar dari keypad 4X4 yang  digunakan pada alat ini.

Gambar 3.17 Rangkaian Driver LCD
F. Tujuan Program :
Membuat suatu produk yang dapat digunakan untuk :
- Mempercepat atau mempermudah proses penyembuhan bagi orang penyandang cacat kaki sementara.
- Kenyamanan dan keamanan bagi pemakai.
- Mempermudah proses pengaturan kecepatan roda berjalan.
G. Keluaran yang diharapkan :
Produk  ini dilengkapi roda berjalan (konveyor) dengan sistem ganda serta  kecepatan kedua roda berjalan tersebut dapat diatur berbeda sehingga  proses penyembuhan lebih efektif.
H. Kegunaan Program :
Program ini memiliki segi keunggulan baik segi keamanan dan iptek. Keunggulan tersebut antara lain:
a. Segi iptek
Dalam  segi iptek, kita memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi yang berkembang saat ini untuk dunia informasi dan kontrol.  Mikrokontroler 89C51 sebagai pengontrol dari semua rangkaian elektronika  (device), salah satunya adalah penggerak kedua roda berjalan yang  kecepatannya dapat diatur berbeda.
b. Segi keamanan
Pada  suatu produk segi keamanan sangat diperhatikan. Alat ini terdiri dari  dua buah roda jalan (konveyor) dimana keduanya dapat dikontrol masing  masing, sehingga pengguna lebih nyaman dan aman ketika memakainya.
REFERENSI
[1] Heri Utomo, "APLIKASI TEKNOLOGI FPGA PADA PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGOLAH AIR MINUM DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI", Proyek Akhir ITS, 2002.
[2] Rena Ambar Dani, "APLIKASI DC TO DC DENGAN METODE FLYBACK UNTUK PENGUJIAN BUSI YANG PENGARUHNYA TERHADAP KECEPATAN BERBASIS MIKROKONTROLER 89C51", Proyek Akhir PENS-ITS, 2001.
[3] Faisol Rahman, "APLIKASI  DC TO DC CONVERTER DENGAN ETODE FLYBACK UNTUK PENYULUTAN BUSI YANG  PENGARUHNYA TERHADAP KECEPATAN BERBASIS MIKROKONTROLER 89C51 (PERANGKAT  KERAS)", Proyek Akhir PENS-ITS, 2001.
[4] Sumantri Kurniawan Risandriya, "KURSI RODA PINTAR YANG DIPANDU DENGAN PERINTAH SUARA (PERANGKAT KERAS MEKANIK)", Proyek Akhir PENS-ITS, 1997.
[5] Widodo Budiharto, S.Si, M.Kom, "INTERFACING KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER", Penerbit Elex Media Komputindo, Edisi pertama, Jakarta, 2004.
[6] Robert F. Coughlin, Frederick F. Driscoll , Herman Widodo Soemitro, "PENGUAT OPERASIONAL DAN RANGKAIAN TERPADU LINEAR", Penerbit Erlangga, Edisi kedua, 1994.
[7] Agfianto Eko Putra, "BELAJAR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55", Penerbit Gava Media, Edisi pertama, Yogyakarta, 2002.sumber: www.electroniclab.com
