Sunday, January 30, 2011 - , , ,

Pembuatan Alat Fisio Terapi Kaki

Pada kesempatan kali ini saya postingkan cara membuat alat terapi untuk fisio terapi kaki,semoga adanya artikel ini dapat bermanfaat.

A. Abstraksi
Dewasa ini banyak model alat terapi kaki yang telah didesain berbagai pihak. Umumnya, alat terapi tersebut berupa mekaniknya saja, sehingga kadang menyulitkan penderita pada proses terapi. Proposal ini bertujuan untuk melakukan suatu serangkaian studi dan penelitian mengenai terapi kaki.
Sebagai pengontrol dari semua rangkaian elektronika ini digunakan mikrokontroler 89C51. Rangkaian elektronika yang dikontrol meliputi rangkaian DAC, rangkaian pembangkit sinyal segitiga, rangkaian comparator, rangkaian sensor dan rangkaian driver motor. Motor penggerak yang digunakan adalah motor dc 12V.
B. Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya alat transportasi yang ditawarkan berbagai pabrik-pabrik kendaraan bermotor menawarkan kemudahan-kemudahan untuk konsumen berpergian ke suatu tempat. Akan tetapi dengan berkembangnya alat transportasi seperti mobil dan sepeda motor, angka kecelakaan juga akan semakin bertambah. Jika kita menyimak media cetak seperti Koran, pada umumnya, angka kecelakaan semakin tinggi. Berbagai akibat dari kecelakaan juga bervariasi, antara lain adalah menimbulkan luka yang serius, cacat pada organ tubuh tertentu bahkan menimbulkan kematian. Salah satu bentuk akibat dari kecelakaan yaitu cacat sementara pada bagian tubuh tertentu, yang jika kita ambil contoh adalah cacat sementara pada kaki. Cacat sementara pada kaki masih dapat disembuhkan dengan terapi jalan. Alat terapi yang berkembang dewasa ini masih kurang mendukung untuk proses penyembuhan selain memerlukan tempat yang relatif luas, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Sebagai alternatif, alat terapi dibuat secara elektronik yang dalam pengertiannya adalah alat terapi yang menggunakan komponen elektronika sebagai alat Bantu untuk proses penyembuhan. Dengan ditunjangnya teknologi dan ilmu pengetahuan yang memadai, dapat dirancang suatu alat terapi yang tidak membutuhkan tempat yang relatif besar, biaya yang relatif murah dan dapat digunakan kapan saja.
Teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah dengan menggunakan Mikrokontroler 89c51. Ini merupakan teknologi baru dalam hal IC (Integrated Circuit). IC ini memiliki kemudahan untuk disambungkan dengan komponen elektronika lainnya seperti DAC (Digital to Analog Converter), driver motor dan lainnya. Motor sebagai salah satu alat yang banyak digunakan sebagai penggerak dapat digunakan sebagai sarana pelengkap untuk terancangnya alat terapi otomatis ini. Motor yang digunakan adalah motor dc. Pengaturan kecepatan pada jenis motor ini menggunakan bantuan sinyal PWM (Pulse Width Modulation) yang dibangkitkan oleh perbandingan antara sinyal segitiga dengan tegangan dc. Kecepatan motor tergantung pada Ton-nya sinyal PWM tersebut. Semakin lama Ton pada sinyal PWM, maka semakin cepat kecepatan dari motor tersebut begitu juga sebaliknya.
C. Perumusan Makalah
Pada alat terapi kaki ini banyak ditemui masalah yang berkaitan dengan conveyor dan penggunaan motor dc. Hal ini dapat mempengaruhi :
  1. Effisiensi pada penggunaan alat terapi kaki
  2. Biaya operasional
  3. Kemudahan pengoperasian
  4. Waktu operasional
Kemudian, perlu dilakukan perumusan masalah berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas bahwa dengan menggunakan dua buah conveyor dapat lebih efektif dalam proses penyembuhan dan mengatur kecepatan motor dc dengan batasan kecepatan yang disesuaikan dengan inputan.
D. Teori Penunjang
2.1 UMUM
Analisa dan perhitungan sangat penting sekali dilakukan sebelum merencanakan suatu system. Untuk itulah diperlukan teori penunjang sebagai pendukung kebenaran dari analisa yang akan dilakukan. Teori intinya diambil dan disarikan dari mata perkuliahan.
Adapun teori-teori, thesis dan analisa penunjang yang lain disarikan dari mata kuliah yang masih berkaitan dengan rangkaian elektronika antara lain : Mesin Listrik, Rangkaian Elektronika, Mikrokontroler dan Interface, Bengkel Listrik dan Elektronika Daya serta buku-buku literature (ada pada halaman Daftar Pustaka).
2.2 MIKROKONTROLER
Mikrokontroler ialah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan umumnya menyimpan program didalamnya. Kelebihan utama mikrokontroler ialah tersedianya RAM dan peralatan I/O pendukung. Pada alat ini digunakan mikrokontroler 89c51 dari Innovative Electronics dengan kode DT-51 minimum sistem versi 3. AT89C51 ialah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4KB Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler ini mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan Special Function Register. RAM internal berukuran 128 byte dan beralamatkan 00H-7FH serta dapat diakses menggunakan RAM address register. RAM internal terdiri dari delapan buah register (R0-R7) yang membentuk register banks. Special Function Register yang berjumlah 21 buah berada dialamat 80H-FFH. RAM ini berbeda lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H-7FFH.
Gambar 2.1 Alamat Internal RAM
IC AT89C51 mempunyai 40 pin yang sesuai dengan mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar 2.2.
Gambar 2.2 Nama Pin-pin AT89C51
2.2.1 Spesifikasi sistem Minimum DT-51
Mikrokontroler yang dipakai pada alat ini menggunakan DT-51 Minimum Sistem versi 3 yang diproduksi oleh Innovative Electronics. DT-51 merupakan kit yang lengkap untuk digunakan karena telah menyediakan port serial, input data, driver LCD, memori eksternal 28C64B dan sebuah PPI 8255. Spesifikasi DT-51 adalah sebagai berikut:
  1. Berbasis mikrokontroler 89C51 yang merupakan standar industri
  2. Port serial standar RS-232 digunakan untuk komunikasi antara komputer dengan DT-51.
  3. Memori non-volatile (EEPROM) 8kb untuk menyimpan program dan data.
  4. Empat port input (I/O) dengan kapasitas 8 bit untuk tiap port-nya.
  5. Port LCD untuk keperluan tampilan.
  6. Konektor ekspansi untuk menghubungkan DT-51 dengan add-on board yang kompatibel.
2.2.2 Peta Memori DT-51
Peta memori DT-51 yang menunjukkan alamat masing-masing bagian komponen adalah sebagai berikut:
  1. 0000H-1FFFH. Sebanyak 8 kb pertama alamat memori digunakan untuk 4 kb PEROM Internal yang berisi kode kernel, sedang sisanya bersifat reserved.
  2. 2000H-3FFFH. Sebanyak 8 kb kedua alamat memori digunakan untuk PPI 8255 dan hanya terpakai sebanyak empat alamat.
  3. 2000H: Port A
  4. 2001H: Port B
  5. 2002H: Port C
  6. 2003H: Control Word Register
  7. 4000H-5FFFH untuk memori eksternal EEPROM.
2.2.4 Memori Eksternal DT-51
Memori internal DT-51 sudah diisi dengan kernel yang tidak bisa ditulis ulang. Oleh karena itu DT-51 menggunakan memori eksternal AT28C64B.
Memori ini merupakan Electrically Erasable and Programmable Read Only Memory (EEPROM) berkualitas tinggi dan berukuran 64 Kbytes serta terdiri dari 8.192 words berukuran 8 bit sehingga dapat memprogram dengan ukuran program yang lebih fleksibel dan dapat dilakukan berulang kali. Berikut adalah gambar dari AT28C64B.
Gambar 2.5 Memori AT28C64B
2.2.5 Mode Pengalamatan
2.2.5.1 Pengalamatan Langsung
Pengalamatan langsung dilakukan dengan memberikan nilai ke suatu register secara langsung. Untuk melaksanakan hal tersebut gunakan tanda "#". Operand yang digunakan pada pengalamatan langsung (immediate data) dapat berupa bilangan bertanda -256 hingga +256.
2.2.5.2 Pengalamatan Tak Langsung
Pada pengalamatan ini, operand menunjuk ke sebuah register yang berisi lokasi alamat memori yang akan digunakan dalam operasi. Untuk melaksanakan pengalamatan tak langsung digunakan simbol "@". Pengalamatan jenis ini biasa digunakan untuk melakukan penulisan, pemindahan atau pembacaan beberapa data dalam lokasi memori. AT89C51 mempunyai sebuah register 16 bit (DPTR) yang dapat digunakan untuk melakukan pengalamatan tak langsung.
2.2.5.3 Pengalamatan Data
Pengalamatan data terjadi pada sebuah perintah ketika nilai operasi merupakan alamat data yang akan diisi atau yang akan dipindahkan.
2.2.5.4 Pengalamatan Kode
Pengalamatan kode terjadi ketika operand merupakan alamat dari instruksi JUMP dan CALL.
2.2.5.5 Pengalamatan Bit
Pengalamatan bit ialah penunjukkan menggunakan simbol titik (.) yang menunjuk alamat lokasi bit, baik dalam RAM internal atau perangkat keras.
2.2.6 Timer
Timer berfungsi untuk mengatur waktu kerja yang dibutuhkan AT89C51. terdapat dua buah timer yaitu timer 0 dan timer 1. Register-register timer yang tersedia sebagai berikut:
2.2.6.1 TMOD (Timer Mode Register)
Timer ini tidak dapat diakses secara bit (not bit addressable) dan beralamat di 89H.
Gambar 2.6 Register TMOD
Gate timer akan berjalan jika bit ini diset dan INT0 (untuk timer 0) atau INT1 (untuk timer 1) berkondisi high.
C/T, jika bernilai 1 maka timer akan bertindak sebagai counter dan jika bernilai 0 maka timer akan bertindak sebagai timer. M1 dan M0 untuk memilih mode timer.
2.2.6.2 THx dan TLx
THx dan TLx (x adalah nomor timer) merupakan register yang menunjukkan nilai dari timer dengan masing-masing timer mempunyai dua buah register, yaitu:
  1. THx untuk high byte
  2. TLx untuk low byte
TH0: timer 0 high byte terletak pada alamat 8AH
TL0: timer 0 low byte terletak pada alamat 8BH
TH1: timer 1 high byte terletak pada alamat 8CH
TL1: timer 1 low byte terletak pada alamat 8DH
2.2.6.3 TCON (Timer Control Register)
Pada register ini, hanya empat bit saja yang mempunyai fungsi berhubungan dengan timer, yaitu TCON.4, TCON.5, TCON.6, dan TCON.7.
Gambar 2.7 Register TCON
Penjelasan dari gambar 2.7 sebagai berikut
  1. TCON.7 atau TF1: Timer 1 Overflow Flag yang akan diset jika terjadi timer overflow. Bit ini dapat di-clear oleh perangkat lunak atau perangkat keras saat program menuju ke alamat yang ditunjuk oleh interrupt vector.
  2. TCON.6 atau TR1: jika bernilai 1 maka timer 1 akan aktif, sedangkan jika bernilai 0 maka timer 1 akan nonaktif.
  3. TCON.5 atau TF0: sama dengan TF1
  4. TCON.4 atau TR0: sama dengan TR1
2.2.6.3.1 Mode Timer
Mode Timer terdiri dari:
  1. Mode 0 Timer 13 bit
  2. Mode 1 Timer 16 bit
  3. Mode 2 Timer 8 bit auto-reload
  4. Mode 3 Split Timer
Dalam bekerja, timer memerlukan sumber detak, karena itu perlu dihubungkan ke pin T0 (P3.4) sebagai input detak. Pengiriman bit data terjadi tiap kali timer 1 overflow sebanyak 32 kali, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Lama pengiriman setiap bit data = timer 1 overflow x 32
Baud rate (jumlah bit data yang terkirim tiap detik) adalah sebesar
Apabila diinginkan baud rate sebesar 9.600 bps maka timer 1 harus diatur agar overflow setiap 1/(9600x32) detik
Timer 1 overflow setiap kali TH1 mencapai nilai overflow dengan frekuensi sebesar fosc/12 atau dalam periode 12/fosc. Dari informasi tersebut akan didapatkan formula berikut:
Dengan frekuensi osilator AT89C51 sebesar 11.0592 MHz, TH1 ialah 253 atau 0FDH.
2.3 DIGITAL TO ANALOG CONVERTER
Digital to Analog Converter merupakan rangkaian yang mengubah informasi digital menjadi analog. Rangkaian ini berguna pada saat rangkaian digital menjadi alat kontrol sistem yang memainkan parameter tegangan atau arus analog. Konfigurasi digital pada input-input akan dirubah menjadi tegangan analog pada output dengan perbandingan tertentu.
Bila konfigurasi input 8 bit bergerak dari 00H sampai FFH dengan kenaikan sebesar 1 maka output analog berupa gelombang tangga dengan ketelitian se-per-dua-lima-enam (1/256) dari tegangan output maksimum bila tegangan output minimum sama dengan 0 volt. Tegangan output dari DAC dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dalam aplikasinya DAC berfungsi untuk mengubah bit-bit kombinasi output dari minimum system DT-51 sebagai suatu hasil keputusan dari data input yang ada menjadi level tegangan analog. Dimana level tegangan analog ini kemudian menjadi input bagi rangkaian comparator untuk dibandingkan dengan rangkaian pembangkit pulsa segitiga yang menghasilkan sinyal PWM. Sinyal PWM ini dikuatkan hingga mampu membias transistor-transistor common base yang berfungsi sebagai rangkaian penguat. Berikut adalah konfigurasi pin dari DAC 0808.
Gambar 2.8 Konfigurasi Pin DAC 0808
2.4 PENGUAT OPERASIONAL
2.4.1 Pengenalan Penguat Operasional
Penguat operasional adalah penguat dengan gain tinggi dan terhubung secara langsung. Penguat ini biasanya digunakan untuk menguatkan sinyal berjalur frekuensi lebar dan digunakan bersama jaringan umpan balik eksternal.
Gambar 2.9 Simbol penguat operasional
Penguat operasional memiliki 5 terminal dasar, yaitu 2 untuk mensuplai daya, 2 untuk masukan dan satu untuk keluaran. Penguat operasional memiliki beberapa ketentuan ideal. Ketentuan-ketentuan ini tidak terdapat dalam praktek, namun asumsi-asumsi mengenai ini memungkinkan orang untuk melakukan analisa dengan cepat mengenai rangkaian umpan balik pada penguat operasional. Ketentuan-ketentuan ideal penguat operasional ini, antara lain :
  1. Penguatan open loop besar (A >>)
  2. Vo = 0 jika V1=V2
  3. Impedansi input tinggi (Z >>)
  4. Impedansi output mendekati 0 (Zo <<)
  5. Tidak ada tegangan offset
2.4.2 Rangkaian Penguat Operasional
2.4.2.1 Inverting Amplifier
Pada rangkaian inverting amplifier, input non-inverting di-ground-kan sedangkan input inverting sebagai masukan. Dengan mengasumsikan, opamp mempunyai open loop gain yang tidak berhingga, maka perbedaan tegangan antara input inverting dan input non-inverting sama dengan nol (Ed=0). Pada kondisi ini, input inverting disebut virtual ground. Arus yang mengalir pada Ri adalah VIN/R1 dan arus pada RF adalah VOUT/RF.
Gambar 2.10 Rangkaian pembalik (Inverting Amplifier)
Penguatan tegangan pada inverting amplifier sama dengan harga resistor feedback dibagi dengan harga resistor input. Tanda minus menunjukkan adanya perbedaan fasa antara input dan output.
2.4.2.2 Non-Inverting Amplifier
Sering kali dibutuhkan penguat yang memberikan keluaran sama besar dan sefasa dengan masukannya serta memenuhi hubungan Rf tertentu dengan Ri. Oleh karena itu digunakannya rangkaian non inverting amplifier untuk memperoleh penguatan yang sefasa dengan masukannya. Berikut adalah gambar rangkaian non-inverting amplifier:
Gambar 2.11 Rangkaian tidak membalik (non-inverting amplifier)
Dengan asumsi tegangan antara tegangan terminal inverting (-) dan non-inverting (+) adalah 0 volt, berarti tegangan di titik A sama dengan Vi. Arus yang mengalir pada Ri sama dengan arus yang mengalir pada Rf, yaitu:
2.4.2.3 Penguat Differensial
Penguat Differensial bisa mengukur maupun memperkuat sinyal-sinyal kecil yang terbenam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Empat tahanan presisi (1 %) dan sebuah opamp membentuk sebuah penguat differensial, seperti terlihat pada gambar 2.12. Terminal inputnya ada dua, input (-) dan (+), dihubungkan dengan terminal opamp yang terdekat.
Sumber masukan penguat differensial ada 2, yaitu E1 dan E2. Jika E2 dihubung singkat, maka E1 mendapat penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE1.
Jika E1 dihubung singkat, maka E2 akan terbagi antara R dan mR, sehingga terminal positif dari opamp menerima tegangan sebesar mendapat penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE2/(1+m), dengan penguatan sebesar (1+m).
Gambar 2.12 Rangkaian Penguat Differensial
Karena itu tegangan keluaran akibat E1 adalah:
Dengan demikian jika E1 dan E2 sama-sama dimasukan, maka tegangan keluaran Vo adalah:
Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa tegangan keluaran dari Penguat differensial sebanding dengan perbedaan tegangan masukan E1 dan E2. Pengali ini adalah merupakan gain differensial yang ditentukan oleh perbandingan tahanannya.
2.4.2.4 Integrator
Rangkaian integrator digunakan untuk mencari nilai hasil integrasi dari sinyal input. Berikut adalah gambar 2.13 dari rangkaian integrator.
Gambar 2.13 Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator memiliki penguatan tegangan sebesar:
Bentuk 1/RAC harus sesuai dengan masukan frekuensi minimum yang diharapkan:
2.4.2.5 Summing Amplifier
Op-amp sering digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal. Berikut ini adalah gambar dari summing amplifier.
Gambar 2.14 Rangkaian Summing Amplifier
Rangkaian summing amplifier mempunyai penguatan tegangan sebanyak dua penguatan tegangan. Untuk penguatan tegangan 1 adalah sebagai berikut:
Untuk penguatan tegangan 2 adalah sebagai berikut:
Penguatan tegangan total dari summing amplifier adalah sebagai berikut:
2.4.2.6 Penguat Instrumentasi
Penguat Instrumentasi termasuk salah satu Penguat yang paling bermanfaat, cermat dan serbaguna yang ada pada saat ini. Penguat ini dibuat dari 3 penguat amplifier dan 7 tahanan, seperti terlihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.15 Rangkaian Penguat Instrumentasi
Vin1 diterapkan ke masukan (+) nya dan Vin2 ke masukan (-) nya. Vo sebanding dengan perbedaan tegangan-tegangan masukan. Ciri-ciri Penguat instrumentasi adalah sebagai berikut:
  1. Gain tegangannya, dari masukan differensial (Vin1 - Vin2) ke keluaran berujung tunggal, diatur oleh satu buah tahanan.
  2. Resistansi masukan dari kedua masukannya sangat tinggi dan tidak berubah jika gainnya berubah.
  3. Vo tidak tergantung pada tegangan bersama Vin1 maupun Vin2 (tegangan mode bersama), melainkan hanya pada perbedaan keduanya.
2.5 OPTOCOUPLER
Optocoupler adalah suatu piranti yang meskipun secara fisik menjadi satu, tetapi sebenarnya terpisah antar bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya. Kondisi yang terisolasi antara masukan dan keluarannya tersebut dikatakan sebagai isolasi elektris (electrical isolation).
Penggunaannya memungkinkan untuk memisahkan dua bagian dengan tegangan kerja berbeda.
Gambar 2.16 Pin Optocoupler 4N35
Biasanya dipasaran optocoupler tersedia dengan tipe 4N25 / 4N35 ini mempunyai tegangan isolasi 7500 volt dengan kemampuan maksimal LED dialiri arus forward sebesar 3A.
2.6 TRANSISTOR 2N3055
Transistor 2N3055 adalah transistor silisium epitaxial-base NPN. Transistor ini digunakan untuk switching dengan daya besar dengan nilai IB max 7 A dan IC max 15 A. Pada alat ini, transistor 2N3055 digunakan sebagai driver motor. Konfigurasi pin dari transistor ini ditunjukkan pada gambar 2.17.
Gambar 2.17 Transistor 2N3055
(a) Bentuk fisik dari transistor 2N3055
(b) Konfigurasi kaki transistor 2N3055
2.7 MOTOR DC
2.7.1 Prinsip Kerja
Motor DC atau motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik. Prinsip kerja dari motor DC hampir sama dengan generator AC, dimana perbedaannya hanya terletak dalam konversi daya. Prinsip dasarnya adalah apabila suatu kawat berarus diletakkan diantara kutub-kutub magnet (U - S), maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat tersebut.
Gambar 2.18 Prinsip Kerja Motor DC
2.7.2 Konstruksi Motor DC
Bagian-bagian penting dari motor DC ditunjukkan oleh gambar 2.18. Statornya mempunyai kutup menonjol dan diteral oleh satu atau lebih kumparan medan. Pembagian fluks celah udara yang dihasilkan oleh lilitan medan secara simetris berada di sekitar tengah kutub medan sumbu.
Gambar 2.19 Konstruksi Motor DC
Kumparan Penguat dihubungkan seri, jangkar merupakan besi laminasi yang bergerak untuk mengurangi arus Eddy. Letak kumparan jangkar pada slot besi disebelah luar permukaan jangkar.
2.7.3 Jenis Motor DC
Ada beberapa jenis motor dc yang berada dipasaran. Motor dc dibedakan atas dua jenis, yaitu:
  1. Berdasarkan sumber arus Penguat magnet
  2. Berdasarkan hubungan lilitan Penguat magnet terhadap lilitan jangkar
Berdasarkan sumber arus penguat magnet, motor dc dibedakan atas:
  1. Motor dc permanent magnet.
  2. Motor dc Penguat terpisah, bila arus penguatan medan diperoleh dari sumber dc diluar motor.
  3. Motor dc dengan penguatan sendiri, bila arus penguatan magnet berasal dari motor itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar motor dc dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Motor dc shunt
Motor jenis ini memiliki kumparan medan yang dihubungkan secara paralel dengan kumparan jangkar sehingga akan menghasilkan kecepatan yang relatif konstan meskipun terjadi perubahan beban, perubahan beban hanya sekitar 10 %.
Gambar 2.20 Motor dc shunt
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc shunt
(b) Rangkaian ekivalen dari motor dc shunt
b. Motor dc seri
Motor ini memiliki medan Penguat yang dihubungkan seri dengan medan jangkar. Arus jangkar untuk motor jenis ini lebih besar dari pada arus jangkar pada kumparan jangkar untuk motor jenis shunt, selain itu kumparan Ns lebih sedikit. Tahanan Rf lebih kecil, ini disebabkan tahanan tersebut merupakan bagian dari jumlah lilitan yang sedikit.
Pada waktu start bisa memberi momen yang besar dengan arus start yang rendah juga dapat memberi perubahan kecepatan atau beban dengan arus start yang rendah juga dapat memberi perubahan kecepatan atau beban dengan arus kecil dibandingkan motor tipe lain, tetapi kecepatan akan lebih besar bila beban rendah atau bebannya ringan dan dalam hal ini pengaturan kecepatannya bisa diatur melalui tegangan suplai.
Gambar 2.21 Motor dc seri
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc seri
(b) Rangkaian ekivalen dari motor dc seri
c. Motor dc kompound
Motor ini merupakan gabungan dari sifat-sifat pada motor shunt dan seri, tergantung mana yang lebih kuat lilitannya. Umumnya motor jenis ini memiliki momen start yang besar sekitar 25 % terhadap kecepatan tanpa beban.
Gambar 2.22 Motor dc kompound
(a) Kurva kecepatan terhadap torsi motor dc kompound
(b) Rangkaian ekivalen motor dc kompound
Motor kompond dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
  1. Motor kompond panjang, apabila lilitan paralelnya dipasang langsung pada tegangan sumber
  2. Motor kompond pendek, apabila lilitan shunt diparalel pada lilitan jangkar
Pada gambar 2.22 ditunjukan rangkaian ekivalen dari motor kompond.
Gambar 2.23 Rangkaian ekivalen motor kompond
(a)Rangkaian ekivalen motor kompond panjang
(b)Rangkaian ekivalen motor kompond pendek
2.7.4 Karakteristik Motor DC
Untuk motor arus searah, berlaku hubungan:
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa pada motor shunt bertambahnya kopel (artinya arus jangkar bertambah besar) mengakibatkan kecepatan (n) menurun.
Pada motor seri, bertambahnya kopel (arus) akan menyebabkan bertambahnya harga fluks , Karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (Ia). Dari rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama dengan nol. Harga fluks juga nol, sehingga dari persamaan terakhir diatas diperoleh harga n menuju tak terhingga.
Disini dapat dijelaskan bahwa antara putaran dengan tegangan adalah linier, sedangkan karakteristik kopel terhadap putaran sesuai dengan keadaan beban yang membutuhkan kopel mula yang besar. Pengaturan kecepatan memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena motor arus searah mempunyai karakteristik kopel-kecepatan yang menguntungkan dibandingkan dengan motor lainnya.
Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai berikut:
Karakteristik Torsi
2.8 TEORI MEKANIK
Yang dimaksud dengan teori mekanik pada buku alat ini adalah teori mekanika yang ditunjamg oleh elektronika dan berhubungan dengan alat ini. Pembahasan teori mekanik ini dibatasi hanya seputar konversi gear dan perbandingan kecepatan saja.
2.8.1 Konversi Gear dan Perbandingan Kecepatan
Dalam desain konversi antara dua buah gear, maka hal yang perlu diperhatikan adalah persamaan (rumus) yang melandasinya. Dalam persamaan konversi gear dan perbandingan kecepatan yang dihasilkan terdapat 2 (dua) parameter yang harus diketahui, yaitu kecepatan putar roda utama (obyek yang digerakkan) yang diinginkan dan rpm (rotasi per menit) dari motor yang digunakan. Adapun persamaan untuk konversi gear adalah:
Dimana,
Dari persamaan diatas dapatlah diketahui perbandingan konversi gear antara motor yang digunakan dengan roda utama.
E. Perencannaan dan Pembuatan Alat
3.1 BLOK DIAGRAM SISTEM
Sebelum membuat perangkat keras diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai blok diagram sistem. Blok diagram dari keseluruhan sistem dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Blok diagram keseluruhan sistem
3.2 GAMBAR LENGKAP ALAT TERAPI KAKI
Gambar 3.2 Tampak atas alat terapi kaki
Gambar 3.3 Tampak samping alat terapi kaki
3.3 RANGKA UTAMA
Pada alat terapi kaki ini menggunakan rangka dasar seperti pada treadmill yang biasa digunakan untuk berlari. Treadmill ini kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah gambar alas pada treadmill yang belum dimodifikasi.
Gambar 3.4 Tampak atas alas treadmill yang belum dimodifikasi
Dengan menambahkan penyangga satu lagi dan memotong karpet menjadi 2 bagian, dapat terlihat alas treadmill yang telah dimodifikasi seperti terlihat pada gambar 3.5 dibawah.
Gambar 3.5 Tampak atas alas kaki treadmill yang telah dimodifikasi
3.4 RODA UTAMA
Gambar 3.6 Roda utama alat terapi kaki
Pada alat terapi kaki ini sebagai roda utamanya menggunakan pipa yang dalamnya diberi bearing pada kedua sisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan gesekan yang berlebih dan pergerakkannya agar lebih halus antara besi penyangga (poros roda) dan pipa besi.
Pada roda utama ini berfungsi sebagai penggerak pada alat terapi kaki, dimana daya putar dari motor kemudian dihubungkan ke roda utama menggunakan rantai penghubung.
3.5 MEKANISME GEAR DAN MOTOR SEBAGAI PENGGERAK
Gambar 3.7 Mekanisme penggerak roda utama
Pada gambar 3.7 dapat dilihat bahwa mekanisme penggerak roda utama terdiri dari motor, gear berdiameter 16 Cm, gear berdiameter 32 Cm dan rantai penghubung.
3.6 PEMASANGAN GEAR
Pemasangan gear pada poros motor berfungsi sebagai penggerak yang menggerakkan roda gigi (gear) pada roda utama (main wheel) yang dihubungkan dengan rantai penghubung. Dengan perhitungan dibawah ini dapat diketahui perbandingan gear yang dapat digunakan:
1. Perhitungan kecepatan alat terapi kaki
Vterapi kaki = 6Km/jam = 6000/3600 = 1.67 m/s
Vmotor = 66 rpm (diambil dari pengujian dan analisa)
Diameter roller (D) = 4,7 Cm
Keliling roller = phi x D x p= 3.14 x 4.7 x 21 = 309.918 cm
Dari data diatas, maka kecepatan alat terapi kaki dalam rpm adalah:
2. Perhitungan jumlah gigi gear
Dari perhitungan dan data-data diatas maka didapatkan:
Maka sesuai dengan rumus perbandingan gear:
Dari rumus persamaan diatas maka perbandingan gigi gear adalah:
Dari data diatas, maka kita dapat menentukan berapa banyak gigi gear yang dibutuhkan dalam perencanaan. Dari persamaan diatas telah didapatkan bahwa perbandingan antara gigi gear adalah hampir atau sama dengan 2 (dua). Jika gigi gear pada motor kita gunakan gear dengan jumlah 16 gigi atau dengan kata lain perbandingan antara gigi gear tersebut adalah 2 : 1. Jika gigi gear dari motor digunakan gigi 16, maka gigi gear untuk roda utama digunakan gigi 32.
Penggunaan rantai penghubung untuk menghubungkan antara gear pada motor dan roda utama dimaksudkan untuk menghindari adanya kerusakan gigi-gigi gear jika menggunakan konversi gear secara langsung. Selain itu juga kekuatan putar dari motor kurang kuat Karena adanya konversi gear secara langsung.
3.7 RANGKAIAN CATU DAYA
Sumber-sumber tegangan yang digunakan dalam alat ini adalah sebagai berikut :
  1. Sumber tegangan +15V dan -15V dengan menggunakan IC regulator 7815 dan 7915, yang digunakan untuk men-supply IC OP-Amp, DAC 0808 dan TL082.
  2. Sumber tegangan +12V dengan menggunakan IC regulator 7812, yang digunakan untuk men-supply rangkaian driver dan Motor DC.
  3. Sumber tegangan +9V dengan menggunakan IC regulator 7809, yang digunakan untuk men-supply mikrokontroler 89C51.
  4. Sumber tegangan +5V dengan menggunakan IC regulator 7805, yang digunakan untuk men-supply IC 74LS14, 4N35 dan rangkaian sensor.
Gambar 3.8 Rangkaian catu daya 12V
Gambar 3.9 Rangkaian catu data +5V,+15V dan -15V
Gambar 3.10 Rangkaian catu daya +9V, +10V dan +12V
3.8 MOTOR DC
Motor yang digunakan merupakan motor dc 12 Volt yang memiliki rpm kecil dengan torsi yang cukup besar sehingga cocok untuk alat terapi kaki. Selain itu juga motor tersebut mudah didapatkan dipasaran. Penggunaan rpm yang kecil ini dapat memudahkan perhitungan konversi gear.
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Motor DC12 V
3.9 RANGKAIAN DAC
DAC pada alat terapi kaki ini digunakan sebagai pengubah tegangan digital yang berasal dari DT 51 minimum sistem versi 3 menjadi tegangan analog untuk mengatur kecepatan putar motor.
DAC yang digunakan adalah DAC 0808 yang merupakan DAC dengan lebar jalur data sebesar 8 bit. Dengan menggunakan tegangan referensi sebesar 5 V, maka akan didapatkan tegangan analog maksimum lebih-kurang = 5V.
Rangkaian DAC yang digunakan seperti tertera pada data sheet dan ditunjukkan pada gambar 3.9
Gambar 3.11 Rangkaian DAC 0808
3.10 RANGKAIAN PEMBANGKIT SINYAL SEGITIGA
Rangkaian ini merupakan pembangkit sinyal segitiga yang dapat diatur lebar pulsanya dengan mengatur kedua potensio. Rangkaian ini menggunakan dua buah op-amp dan rangkaian pendukung lainnya. Pembangkit sinyal segitiga dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.12 Rangkaian Pembangkit Sinyal Segitiga
Rangkaian ini akan bekerja jika pin 4 diberi tegangan negatif (-) dan pin 7 diberi tegangan positif (+). Rangkaian ini tidak membutuhkan input tegangan lainnya.
3.11 RANGKAIAN DRIVER MOTOR
Rangkaian driver yang digunakan adalah rangkaian darlington yang merupakan suatu metode penyambungan yang dipakai dalam transistor dua kutub guna memberikan suatu pasangan transistor komposit dengan penguatan arus yang tinggi dan impedansi masukan yang tinggi pula. Sebagai input digunakan pulsa PWM untuk mengatur putaran motor sesuai yang diharapkan.
Gambar 3.13 Rangkaian Driver menggunakan rangkaian darlington
Secara analisa perhitungan arus yang mengalir pada basis (Ib) dan arus kolektor (Ic) dapat dijelaskan sebagai berikut:
sedang arus keluaran rangkaian (pada TR3) dengan mengambil hfe sebesar 30 kali, maka didapatkan:
Dari arus output yang didapatkan maka arus tersebut cukup untuk menggerakkan motor.
3.12 RANGKAIAN COMPARATOR
Rangkaian comparator hanya terdiri dari satu opamp. Dimana input non-inverting dan input inverting berasal dari rangkaian DAC dan rangkaian pembangkit sinyal segitiga. Comparator digunakan untuk membandingkan tegangan keluaran pada DAC dengan sinyal segitiga sehingga dihasilkan sinyal PWM. Sinyal PWM digunakan sebagai masukan pada rangkaian driver. Berikut adalah gambar dari rangkaian comparator.
Gambar 3.14 Rangkaian comparator
3.13 RANGKAIAN SENSOR
Rangkaian ini berguna untuk mengetahui besarnya kecepatan motor dan juga sebagai feedback pada sistem. Sensor ini akan menghasilkan pulsa yang digunakan sebagai input data bagi mikrokontroler. Berikut adalah gambar dari rangkaian sensor yang digunakan pada alat ini.
Gambar 3.15 Rangkaian Sensor
Untuk menghitung kecepatan motor maka digunakan rangkaian photo transistor. Prinsip dari photo transistor ini mirip dengan transistor lainnya, bedanya basis dibias dengan cahaya dari led. Prinsip dari rangkaian ini adalah:
  1. Jika diantara led dan transistor dihalangi maka transistor akan off sehingga output dari kolektor berlogic high.
  2. Jika diantara led dan transistor tidak dihalangi maka transistor akan on sehingga output dari kolektor berlogic low.
Agar output dari rangkaian ini menjadi lebih akurat perlu ditambahkan Schmitt trigger (74HC14).
3.14 TAMPILAN LCD
Lcd digunakan sebagai alat komunikasi antara user dengan peralatan yang dikontrol. Pada alat ini LCD digunakan untuk menampilkan menu pilihan setting kecepatan. Berikut adalah gambar dari LCD.
Gambar 3.16 Rangkaian Driver LCD
Operasi dasar LCD terdiri dari empat kondisi, yaitu instruksi mengakses proses internal, instruksi menulis data, instruksi membaca kondisi sibuk dan instruksi membaca data. Kombinasi instruksi dasar inilah yang dimanfaatkan untuk mengirim data ke LCD.
Ketika system mulai diaktifkan maka proses yang dilakukan mikrokontroler adalah inisialisasi. Selama proses inisialisasi akan ditampilkan beberapa pesan yang berhubungan dengan proses tersebut.
LCD akan menampilkan kata-kata pembuka dan menunggu user untuk mengaktifkan menu utama dengan menekan tombol pada keypad.
3.15 KEYPAD 4X4
Keypad digunakan untuk memasukkan data / setting kecepatan yang kemudian oleh mikrokontroler dikenali dalam bentuk biner dan diproses oleh mikrokontroler untuk proses selanjutnya. Penekanan pada keypad akan ditampilkan oleh LCD. Berikut adalah gambar dari keypad 4X4 yang digunakan pada alat ini.
Gambar 3.17 Rangkaian Driver LCD
F. Tujuan Program :
Membuat suatu produk yang dapat digunakan untuk :
  1. Mempercepat atau mempermudah proses penyembuhan bagi orang penyandang cacat kaki sementara.
  2. Kenyamanan dan keamanan bagi pemakai.
  3. Mempermudah proses pengaturan kecepatan roda berjalan.
G. Keluaran yang diharapkan :
Produk ini dilengkapi roda berjalan (konveyor) dengan sistem ganda serta kecepatan kedua roda berjalan tersebut dapat diatur berbeda sehingga proses penyembuhan lebih efektif.
H. Kegunaan Program :
Program ini memiliki segi keunggulan baik segi keamanan dan iptek. Keunggulan tersebut antara lain:
a. Segi iptek
Dalam segi iptek, kita memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini untuk dunia informasi dan kontrol. Mikrokontroler 89C51 sebagai pengontrol dari semua rangkaian elektronika (device), salah satunya adalah penggerak kedua roda berjalan yang kecepatannya dapat diatur berbeda.
b. Segi keamanan
Pada suatu produk segi keamanan sangat diperhatikan. Alat ini terdiri dari dua buah roda jalan (konveyor) dimana keduanya dapat dikontrol masing masing, sehingga pengguna lebih nyaman dan aman ketika memakainya.

REFERENSI
[1] Heri Utomo, "APLIKASI TEKNOLOGI FPGA PADA PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGOLAH AIR MINUM DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI", Proyek Akhir ITS, 2002.
[2] Rena Ambar Dani, "APLIKASI DC TO DC DENGAN METODE FLYBACK UNTUK PENGUJIAN BUSI YANG PENGARUHNYA TERHADAP KECEPATAN BERBASIS MIKROKONTROLER 89C51", Proyek Akhir PENS-ITS, 2001.
[3] Faisol Rahman, "APLIKASI DC TO DC CONVERTER DENGAN ETODE FLYBACK UNTUK PENYULUTAN BUSI YANG PENGARUHNYA TERHADAP KECEPATAN BERBASIS MIKROKONTROLER 89C51 (PERANGKAT KERAS)", Proyek Akhir PENS-ITS, 2001.
[4] Sumantri Kurniawan Risandriya, "KURSI RODA PINTAR YANG DIPANDU DENGAN PERINTAH SUARA (PERANGKAT KERAS MEKANIK)", Proyek Akhir PENS-ITS, 1997.
[5] Widodo Budiharto, S.Si, M.Kom, "INTERFACING KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER", Penerbit Elex Media Komputindo, Edisi pertama, Jakarta, 2004.
[6] Robert F. Coughlin, Frederick F. Driscoll , Herman Widodo Soemitro, "PENGUAT OPERASIONAL DAN RANGKAIAN TERPADU LINEAR", Penerbit Erlangga, Edisi kedua, 1994.
[7] Agfianto Eko Putra, "BELAJAR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55", Penerbit Gava Media, Edisi pertama, Yogyakarta, 2002.

sumber: www.electroniclab.com